Book Name:Janwaron Par Reham Kijiye
Saudara-saudara Muslim yang tercinta ! Hari-hari yang beruntung kita jalani saat ini, tanggal 9, 10, dan 11 Dzulhijjah, dan hari-hari berikutnya, yakni tanggal 11 hingga 13, merupakan hari-hari yang penuh dengan keberkahan dan keutamaan yang tak terbayangkan.
Malam ketika Nabi Ibrahim عَـلَيْـهِ الـسَّـلاَم bermimpi tentang pengorbanan putranya, keesokan harinya adalah tanggal 8 Dzulhijjah. Pada hari itu Nabi Ibrahim عَـلَيْـهِ الـسَّـلاَم merenung dalam-dalam, mempertimbangkan apakah mimpi yang dialaminya itu merupakan wahyu dari Allah atau bukan. Itulah sebabnya tanggal 8 Dzulhijjah disebut Yaumul Tarwiyah – Hari Perenungan.
Pada tanggal 9, ia menyadari bahwa mimpinya memang merupakan wahyu dari Allah. Tanggal 9 itu kemudian diberi nama Yaumul Arafah – Hari Pengakuan.
Pada tanggal 10, beliau عَـلَيْـهِ الـسَّـلاَم menancapkan pisau di leher putra kesayangannya, Nabi Ismail عَـلَيْـهِ الـسَّـلاَم, memberikan contoh ketaatan dan ketundukan yang abadi, apa artinya mencintai Allah, yaitu semangat berkorban, dan tidak mementingkan diri sendiri. Sebagai ganti Nabi Ismail, seekor domba jantan dibawa dari surga dan dikorbankan oleh Nabi Ibrahim. Inilah sebabnya mengapa tanggal 10 Dzulhijjah dikenal sebagai Yaumul Nahr – Hari Raya Qurban.
Tiga hari berikutnya, tanggal 11, 12, dan 13, dikenal sebagai Hari Tasyrik.
Sahabat Mu’ādh bin Jabal رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ meriwayatkan bahwa Rasulullah صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَآلِهِ وَسَلَّم bersabda:
Surga menjadi jaminan bagi siapa saja yang menghidupkan lima malam ( yang berarti tetap terjaga untuk beribadah selama malam-malam tersebut ). Kelima malam tersebut adalah Lailatul Tarwiyah (malam ke 8 Dzulhijjah), Lailatul Arafah (malam ke 9 Dzulhijjah), Lailatul Nahr (malam ke 10), Lailatul Fitri (malam sebelum hari raya Idul Fitri), dan Lailatul Nisfu Sya'ban (Malam Mubarakah).[1]
Saudara-saudara Muslim yang tercinta ! Setiap kali kita beribadah kepada Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى, kita mendapatkan berkah demi berkah demi berkah. Namun, siang dan malam yang saat ini kita jalani, sebagaimana yang telah disebutkan dalam hadits, adalah waktu-waktu khusus di mana kita harus melakukan amal saleh. Kita harus berusaha sebaik mungkin untuk meluangkan waktu kita dan menyediakan jadwal untuk beribadah selama kesempatan-kesempatan suci ini.
Di samping shalat wajib yang harus kita laksanakan apapun yang terjadi, kita juga dapat melaksanakan shalat sunnah. Kita juga dapat membaca Al Qur'an, berzikir kepada Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى, mengirimkan Shalawat kepada Nabi, membaca buku-buku Islam, atau mempelajari ilmu Islam. Jika kita memastikan untuk menghabiskan waktu-waktu ini dengan melakukan suatu bentuk ibadah, maka kita akan mendapatkan pahala amal saleh yang tak terhitung jumlahnya إِنْ شَآءَ الله .